Wali songo adalah sejumlah wali yang memiliki kontribusi besar penyebaran Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kalijaga, serta Sunan Gunung Jati. Semasa hidupnya mereka tidak hidup secara bersamaan namun mereka mememiliki hubungan erat anatara guru dan murid.
Era walisongo merupakan era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara di gantikan dengan kebudayaan Islam. Tentu banyak tokoh lain yang ikut serta berperan, namun peranan mereka sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat.
Berikut beberapa nama wali songo dan peranannya dalam menyebarluaskan agama Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa :
SUNAN AMPEL – WALISONGO
Nama asli dari sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Pada umumnya sunan Ampel di anggap sebagai wali sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya berada di Ampel Denta Surabaya, juga merupakan salah satu penyebaran ajaran agama Islam tertua di Jawa. Beliau menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila.
Dewi Condrowati ini merupakan putri dari adipati Tuban yaitu Arya Teja, selain itu beliau juga menikah dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dari pernikahannya dengan Dewi Condrowati berputra-putri Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Siti Syari’ah, Raden Qasim (Sunan Derajat), Sunan Sedayu, Siti Mutma’innah, dan Siti Hafsah.
Sedangkan pernikahannya dengan Dewi Karimah berputra-putri Dewi Murtasiyah yang juga merupakan istri dari Sunan Giri, Dewi Murtasimah (Dewi Asyiqah) yang juga merupakan istri dari Raden Fatah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zaenal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).
Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya Dwarawati, ia merupakan seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Dakwah sunan Ampel yang di kenalkan kepada masyarakatnya di kenal dengan sebutan Moh Limo.
Moh Limo yang di maksud adalah Moh Mabok (tidak mau minum minuman keras), Moh Main (tidak mau judi, togel, taruhan), Moh Madon (tidak mau zina, lesbian, homo), Moh Madat (tidak mau mencuri), Moh Maling (tidak mau mencuri, korupsi, dan lain sebagainya). Dakwah Sunan Ampel ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan akhlaq di tengah masyarakat saat itu.
Pada tahun 1479 M, Sunan Ampel mendirikan masjid Agung Demak, dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan dakwahnya di kota Demak adalah Raden Zaenal Abidin yang di kenal sebagai sunan Demak, Raden Zaenal Abidin merupakan putra sunan Ampel dari Dewi Karimah